Featured Post Today
print this page
Latest Post

SELAMAT HARI KEBANGKITAN NASIONAL



Selamat memperingati hari kebangkitan nasional Indonesia. Di hari kebangkitan nasional ini pasti yang diingat oleh masih dingat oleh masyarakatnya adalah sejarah yang diawali dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama yaitu Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928). Dimulai dengan lahirnya gerakan nasionalis pertama Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908, seabad plus setahun yang lalu. Pergerakan nasional ini diprakarsai oleh Dokter Soetomo di Jakarta. Semoga rakyatnya masih mengingatnya dan mendalami makna yang masih didalamnya. Saya meyakini saat ini hanya beberapa orang saja yang masih memperingati atau pun sekedar mengingatnya saja. Mungkin ini sebuah ironi yang sangat berkepanjangan dan tanpa solusi yang jelas. Sudah terlihat jelas bahwa Negara yang tidak menghargai atau pun sama sekali tidak pernah ingat atau pun sama sekali mengetahui kapan dan siapa yang membangun Negaranya ini sudah dipastikan Negara tersebut belumlah maju dan merata di seluruh penjuru negaranya. Hal yang seperti ini seharusnya tidaklah dilanjutkan oleh generasi-generasi selanjutnya. Saya mengutip suatu pembicaraan yang dibicarakan oleh seseorang dalam suatu pertemuan disalah satu acara perlombaan pidato diuniversitas tenama dicirebon. Dalam acara itu iya berkata seperti ini. 

“ seharusnya kita tidak menjadi generasi penerus, karena jika generasi sebelumnya berbuat yang buruk kemudian harus kita teruskan akan menjadi suatu keburukan yang berkepanjangan seperti korupsi yang sedang marak sekarang misalnya. Mungkin itu adalah hasil dari pengaruh generasi yang sebelumnya yang deteruskan oleh generasi selanjutnya. Sebaiknya “generasi penerus” kita ganti saja dengan “generasi perubahan” generasi yang merubah kebiasan yang buruk menjadi kebiasaan yang lebih baik”.
 
Saya setuju dengan pendapat tersebut dalam konteks perubahan tersebut tidaklah merubah kebaikkan yang sudah ditanamkan oleh generasi sebelumnya sebagai suatu pengharagaan apa yang telah ditanamkan oleh generasi sebelumnya. Namun ketika sistematisnya sudah baik dan benar diterapkan di masyarakat. Kita baru bisa menjadi generasi penerus dengan catatan kita hanya meneruskan kebaikan-kebaikan dan tiadak meneruskan apa yang telah salah dimasa lampau. Agara niat baik dari generasi sebelumnya dapat tersalurkan dari generasi-genarasi sampai seterusnya. Dengan demikian dapat dipastikan suatu yang baik akan mengasilkan yang baik dan begitu pula sebaliknya. Jadi tidak menutup kemungkinan Negara yang sistematisnya seperti ini akan menjadi Negara maju dan makmur. Yang perlu diingat perubahan yang baik haruslah merata diseluruh penjuru negeri dan semua kalangan. Mungkin terlihat susah diterapkan dalam masyarakat yang beraneka ragam ini tetapi jika sudah dapat dijalankan dilapangan kita sendiri yang akan menikmatinya. Semoga kelak di Indonesia akan ada sistematis yang baik dan dapat diteruskan oleh generasi selanjutnya. Semoga artikel ini dapat digunakan oleh kebaikan. Jaka ada kekurangan atau keslahan selahkan komentar saja, marilah kita saling memmbangun bangsa kita tercinta yang lebih baik dan nyaman bagi rakyatnya. Selamat memperingati hari kebangkitan nasional indonesiaku. Terimaksih telah membesarkanku dengan segala yang tuhan sediakan kepadamu. Terimaksaih sudah membaca.

AYO BANGKIT !!!
0 komentar

Cerita Celancang, Pangkalan, dan Cangkring

ANTARA CELANCANG DAN CANGKRING
By. Afin Arifin

… Cinarita hana ta prasadha tunggang prawata Ngamparan Jati/ yawat ta ratrikala ring kadhohan murub katinghalan kadi linthang kang tejamaya// Kunang iking prasadha palinggannya/ pasisk Muhara Jati ikang mangadegna yata baladika Cina Wa Heng Ping ngaranira lawan Sang Laksamana Te Ho sabalanya kang sahanira tan ketung/ irika ta ring// Pasambangan ing lampakhira umareng Majapahit mandeg sawatara ing Muara Jati/ ri huwuska tamolah ing Pasambangan desa/ magawe karya ring Sang Juru Labuhan tan masowe panatara ning akara// Pitung rahina kulem/ ri huwus ika prasadha tinuku dheng sira Ki Juru Labuhan yeka kang dumadi Mangkubumi makanama Jumajan Jati/ tinukar lawan uyah/ trasi/ beras tuton/ grabadan// Lawan kayu jati/ umangkat ring Jawa Wetan tumuli/ sampunya kabeh pepek sjro ning prahwanka/…
Antara Celancang dan cangkring bisa ditempuh dengan angkutan umum jurusan Celancang Plered, dulu hanya bisa ditempu dengan lalu lintas air, yaitu bengawan bondet. Saat itu lalu lintas bengawan bondet termasuk ramai, hilir mudik, lalu lalang kapal besar dan kecil hingga ke bengawan cawang Cangkring. Diceritakan oleh Pangeran Arya Carbon tahun 1720 dalam bukunya yang berjudul Purwaka Caruban Nagari bahwa di Amparan jati telah berlabuh lebih dari seratus perahu besar dari Cina dibawah pimpinan Laksamana Cheng Hwa atau Te Ho dengan membawa sekitar 27.800 orang prajurit. Yang bermaksud membeli perbekalan yang sudah habis, seperti air dan berbagai bahan makanan sebagai bekal di perjalanan ke kerajaan Majapahit jawa Timur. Selama tujuh hari di Amparan jati Laksamana Cheng Hwa mendirikan mercusuar sebagai menara pengawas bagi kapal dan perahu, juga merupakan tengara, bahwa akan datang sebuah perubahan zaman, yakni masuknya kapal-kapal asing dan agama Islam.
Keberadaan Amparan Jati sebagai sebuah pelabuhan besar tercatat pula dalam “Suma Oriental” karya Tome Pires (1513 diterjemahkan oleh Armando Cortesao pada tahun 1944). Pires menyebutkan, Pelabuhan Cerimon/Cheroboan merupakan pelabuhan yang ramai. Di situ setiap waktu ada empat atau lima jung (perahu) berlabuh, terbanyak dari jenis lanchara (sejenis perahu yang jalannya sangat cepat). Yang dapat berlayar hingga 15 km ke hulu sungai. Pelabuhan itu bisa menampung lebih dari 1.000 orang, beras, dan berbagai jenis bahan makanan merupakan komoditas yang diperdagangkan. Selain dari itu diperdagangkan pula kayu, yang kualitasnya terbaik di seluruh Pulau Jawa.

Hal tersebut berdampak pada Nagari Singapura yang terletak kira-kira 2 km sebelah utara Amparan Jati menjadi daerah yang ramai , Sekarang situsnya ada di Celancang Kabupaten Cirebon. Sisa-sisa istananya yang masih ada hingga sekarang adalah gerbang istana, yang oleh masyarakat setempat disebut Lawang Gede.
Bengawan Bondet yang termasuk wilayah Nagari Singapura masa itu banyak disinggahi kapal besar dan kecil, kapal dagang yang datang dari negeri lain seperti negeri Cina, Arab, Persia, India, Malaka, Tumasik, Madura, Makasar, dan Palembang, Kapal-kapal yang berukuran kecil berlabuh hingga ke bengawan cawang Cangkring, sedangkan kapal yang berukuran lebih besar, kapal tersebut di clancang di bengawan Bondet. Peristiwa tersebut oleh masyarakat setempat diabadikan menjadi nama perkampungan yang tak jauh dari sungai tersebut, yaitu diberi nama Celangcang, sedangkan sebagian kapal yang ukurannya tidak begitu besar biasa dimangkalkan di bengawan cawang Cangkring, karena seringnya/banyaknya perahu/kapal yang mangkal didaerah tersebut maka oleh masyarakat disebut Pangkalan. Pangkalan dulunya masuk wilayah desa Cangkring, namun pada tahun 1985 daerah pangkalan menjadi sebuah desa tersendiri.
Jadi antara Celancang dan Cangkring dahulu merupakan lalu lintas air yang ramai, sekarang, kapal/ perahu tidak bisa nyampai ke pangkalan karena tahun 2011 di Sambeng dibangun bendungan karet, sehingga aktifitas perahu hanya sampai di situ. Begitulah sekilas antara Celancang dan Cangkring yang tidak semua informasi dari sumber primer maupun skunder masuk dalam tulisan ini, semoga tulisan ini menjadi pembanding/pelengkap cerita masyarakat cangkring dan Celancang.
Wallahu ‘alam Bissawab.
0 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. morooy - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger