BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Charles J. Fillmore dalam buku “The Case for Case” (1968)
yang pertama kali memperkenalkan tata bahasa kasus. Tata bahasa kasus dalam
bidang tatabahasa, kasus atau kes bagi sesuatu kata nama atau kata ganti nama menandakan fungsi tatabahasa
bagi kata berkenaan dalam sesuatu ungkapan atau klausa, seperti: Peranan subjek, objek
langsung, atau pemilik.
Pada sebuah kalimat, tidak
semua kata dapat didampingkan dengan kata yang lain. Selain itu, tidak semua
kata yang kita tulis dan ucapkan dapat kita jelaskan secara ilmiah baik itu
pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis, pragmatis maupun semantik, tidak
ada aturan yang baku antara boleh dan tidaknya sebuah kata dipasangkan dengan
kata yang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
yang di maksud dengan kasus?
2. Apa
saja kah jenis-jenis kasus?
3. Bagaimana
kasus dalam bahasa melayu?
C. Maksud dan Tujuan
1. Agar
mahasiswa dapat mengerti apa itu kasus.
2. Agar
mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis kasus.
3. Agar
mahasiswa dapat mengerti kasus dalam bahasa melayu.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tata
Bahasa Kasus
Tata
bahasa kasus atau teori kasus pertama kali di perkenalkan oleh Charles J.
Fillmore dalam karangannya berjudul “The Case for Case” tahun 1968
yang di muat dalam buku “Bach, E. dan R. Harms universal in Linguistik Theory”,
terbitan Holt Rinehart dan Winston. Kemudian di revisi dalam
tahun 1970. Selain itu J.Anderson dalam bukunya “The Grammar of case
(combridge University press, 1971)” dan W.L Chafe dalam bukunya “Meaning
and the Structure of Language” (The University of Chicago Press, 1970)
memperkenalkan pula teori kasus yang agak berbeda.
1. Dalam
karanganya yang terbit tahun 1968 itu Fillmore membagi kalimat atas
modalitas, yang bisa berupa unsur negasi, kala aspek, dan adverbia; dan
2. Proposisi,
yang terdiri dari sebuah verba di sertai dengan sejumlah kasus.
Tata
bahasa kasus dalam bidang tata
bahasa, kasus atau kes bagi sesuatu kata
nama
atau kata ganti nama
menandakan fungsi dalam kalimat,
tata bahasa bagi kata berkenaan dalam sesuatu ungkapan
atau klausa
di dalam sebuah frasa atau klausa,
Fungsi gramatis ini sebagai contohnya adalah subjek
dari kalimat, objek
dari kalimat atau kepemilikan.
Walau semua
bahasa melakukan pembedaan fungsi gramatis pada kata bendanya, kata kasus
biasanya merujuk kepada pembedaan fungsi gramatis yang dilakukan pada morfologi
kata bendanya atau dengan kata lain kata benda pada bahasa tersebut diubah
bentuknya untuk menunjukan kasusnya.
·
perhatikan dulu bagan berikut.
37)
Yang
di maksud dengan kasus dalam teori ini adalah hubungan antara verba dan nomina.
Verba disini sama dengan predikat, sedangkan nomina sama dengan argumen dalam
teori semantik generatif. Hanya argumen dalam teori ini di beri label kasus.
Misalnya, dalam kalimat bahasa inggris “john opened the door with the key, argumen1
john berkasus “pelaku”,
argumen2 door berkasus “tujuan”, dan argumen3, key
berkasus “alat”.
·
Perhatikan bagan berikut !
(38)
Maka
sebuah kalimat dalam teori ini di rumuskan dalam bentuk:
(39) +
Tanda
--- di pakai untuk menandai posisi verbal dalam setruktur semantis; sedangkan
X, Y dan Z adalah argumen yang berkaitan dengan verba atau predikat itu yang
biasanya diberi label kasus. Misalnya, makna kalimat (38) di atas:
(40) OPEN,
+
A= agent, pelaku
I= Instrumen, alat
O= Objek, tujuan
Dalam
teori tahun 1968 fillmore tidak membatasi jumlah kasus itu; tetapi dalam versi
1971di batasi atas kasus agent, experiencer, objeck, means, source, goal,
dan reverential. Yang di maksud dengan agent adalah pelaku perbuatan
atau yang melakukan suatu perbuatan, seperti perbuatan makan, menendang, atau
membawa. Yang di maksud dengan experiencer adalah yang mengalami
peristiwa psikologis, seperti saya dan dia dalam kalimat “Saya tahu” dan “Dia
merasa takut”. Objek adalah suatu yang di kenai perbuatan, atau yang
mengalami suatu proses seperti bola dan rumah dalam kalimat “Dika menendang
bola” dan “ pak lurah membangun rumah”. Yang di maksud dengan source
adalah keadaan, tempat, atau waktu yang sudah, seperti bandung dalam kalimat
“Bus itu datang dari bandung” goal adalah keadaan, tempat, atau waktu yang
kemudian seperti guru dalam kalimat “dia mau menjadi guru”. Sedangkan
referential adalah acuan seperti Husin dalam kalimat “husin temanku”.
Dari
uraian di atas dapat kita lihat adanya persamaan antara teori semantik
generatif dengan teori kasus, yaitu sama-sama menumoukan teorinya pada predikat
atau verba.
B. Jenis Kasus
Biarpun tidak
begitu ketara dalam bahasa Melayu maupun Inggris, namun kasus-kasus sebegini
lebih menonjol dalam perbagai bahasa lain, seperti bahasa Latin, Yunani, Jerman, Sanskrit, dan Rusia.
Mengikut
sejarah, kebanyakan bahasa-bahasa Indo-Eropa dahulunya ada delapan kasus ber-morfologi, tetapi
bahasa-bahasa moderen pula kurang menggunakan kasus sedemikian, sebaliknya
menggunakan kata depan dan susunan kata untuk menyampaikan maklumat yang pernah
disampaikan dengan menggunakan bentuk kata nama yang berbeda. delapan kasus
bersejarah yaitu:
1. Kasus nominatif, bersamaan
kasus subjektif bahasa Melayu, ialah subjek bagi kata kerja finitum:
Contoh : Kami pergi ke kedai.
2. Kasus akusatif, bersama
kasus datif dan ablatif (bawah) bersamaan kasus objektif bahasa Melayu, ialah objek
langsung bagi kata kerja:
Contoh : Dia mengingati kami.
3. Kasus datif merupakan objek
tak langsung bagi kata kerja:
Contoh : Dia memberi kami diskaun.
4. Kasus ablatif merupakan
pergerakan dari sesuatu, dan/atau punca:
Contoh : Dia meninggalkan kami untuk berjumpa
doktor.
Dia bersedih kerena
murung.
5. Kasus genitif, bersamaan
kasus milik, merupakan pemilik kepada satu lagi kata nama:
Contoh : Buku saya di atas mejanya.
6. Kasus vokatif merupakan
penerima pesanan:
Contoh : Awak di sana tak apa?
7. Kasus lokatif merupakan
lokasi:
Contoh : Kami tinggal di Malaysia.
8. Kasus perantian merupakan
objek yang digunakan untuk melakukan sesuatu:
Contoh : Kami bermain muzik dengan piano.
Semua contoh di
atas sekadar uraian kasar; lain bahasa lain caranya menentukan kasus, apa lagi
lazimnya agak rumit. Biasanya kasus adalah berasaskan perubahan pada kata nama
untuk menentukan peranan kata nama dalam ayat. Lain pula bagi bahasa Melayu,
yang mana susun atur kata dan kata depan digunakan untuk menentukan peranan
kata nama tersebut, oleh itu amat sukar untuk diterima bahawa contoh-contoh di
atas boleh dianggap sebagai penggunaan kasus dalam bahasa Melayu.
C. Kasus Dalam Bahasa Melayu
Kasus
tatabahasa jarang sekali dibincangkan dalam pengajian bahasa Melayu, namun
wujudnya penggunaan kasus yang mengubah bentuk kata nama dalam bahasa Melayu.
Misalnya: kata
ganti nama "(d) aku", "kamu" dan "dia"
digabungkan di akhir perkataan "rumah" bertukar menjadi bentuk kasus milik yaitu
"-ku", "-mu" dan "-nya", maka membentuk kata
terbitan "rumahku", "rumahmu" dan "rumahnya",
serupa dengan kasus genitif yang
dibincangkan tadi.
Contoh : Bahasa Latin
Berikut ialah contoh infleksi kasus dalam bahasa Latin,
menggunakan berbagai bentuk mufrad untuk perkataan yang berarti
"pelaut", yang tergolong dalam deklensi pertama
bahasa Latin.
·
Nauta (nominatif)
"pelaut" [sebagai subjek] (cth. nauta ibi stat pelaut berdiri
di sana)
·
Nautae (genitif) "milik
pelaut" (cth. nomen nautae est Claudius nama pelaut itu Claudius)
·
Nautae (datif)
"untuk/kepada pelaut" [sebagai objek tak langsung] (cth. nautae
donum dedi Kuberikan hadiah kepada pelaut.
·
Nautam (akusatif)
"pelaut" [sebagai objek langsung] (cth.nautam vidi Kulihat
pelaut)
·
Nautā (ablatif)
"dari/dengan/di/oleh pelaut" [pelbagai guna yan tidak dibincangkan di
atas] (cth. sum altior nautā Saya lebih tinggi dari pelaut).
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Pada kenyataannya dalam
komunikasi, tidak semua ujaran dapat dipahami atau tidak berterima. Padahal,
memiliki struktur kalimat yang benar yang sesuai dengan kaidah-kaidah pemakaian
atau pengunaan bahasa. Hal ini menjadi permasalahan baru dalam bidang bahasa.
Oleh karena itu, Menurut Fillmore mengajukan sebuah teori yaitu,
“Tata bahasa kasus sebagai jawaban atas permasalahan atau persoalan yang tidak
dapat diercahkan dalam tata bahasa generative”
Posting Komentar