cerita ini hanya fiktif belaka. hanya untuk menjadi bahan bacaan dan hiburan semata. saya mohon maaf bila tidak sengaja terdapat persamaan nama maupun tempat.
SANG
KORUPTOR
Entah
dari mana aku harus mengakhirnya, awal yang begitu penuh semangat kini
kurasakan pahitnya. Aku begitu malu dengan kisahku tak secemerlang apa yang
telah ku idam-idamkan. Kehancuran mulai berangsur-angsur silih berganti
kurasakan dan ini aku sih uban berdasi, berperut buncit dan biadab. Tak perlu
lagi ku mencaci diriku tak berapa lama lagi kau akan mengetahui siapa aku dan
dari mana aku berasal.
Sebut
saja aku Naga, yah nama yang bagus untuk aku samarkan. Kini aku tinggal dibalik
penjara karena aku mengambil uang kalian. Rasanya begitu mudah dan nikmat, tak
kusangka nominal yang kuambil begitu banyak hingga aku lupa bagaimana
menyembunyikannya. Tak mungkin aku taruh di bank begitu saja, sama saja dengan
bunuh diri. Tapi pada akhirnya ditemukan juga oleh petugas.
Sejak
kecil tidak ada yang mengajariku untuk perbuatan yang curang atau pun melakukan
kekerasan. Naga kecil adalah anak yang penurut dan pintar. Bahkan ketika masih
sekolah aku tergolong masuk ke sepuluh orang yang berprestasi. Sehingga ketika
beranjak ke sekolah menengah pertama aku mendapatkan beasiswa. Iya mungkin itu
dapat aku banggakan. Tetapi tak seperti yang ku harapkan akhirnya. Pada waktu
itu aku duduk di sebelah sahabatku yaitu Jodi. Seorang anak yang tangguh dan
pantang menyerah. Ketika ujian pun ia sangat pantang untuk mencontek. Namun sesekali
menjadi tempatku mecontek, walau Jodi tidak sependapat denganku.
“Anak-anak kali ini ibu
akan membagikan rapot kepada kalian, bagi siswa yang memperoleh nilai terbaik
akan mendapatkan beasiswa untuk melajutkan ke sekolah menengah pertama” ujar bu
guru kepada para muridnya.
“ naga.. kira-kira
siapa yah yang mendapat beasiswa?semoga saja aku mendapatkannya, aku sangat
membutuhkannya.” Tanya Jodi kepadaku dengan berbisik.
“ aku tidak tau jod,
simak saja terlebih dahulu apa yang bu guru katakana. Semoga kau
mendapatkannya.” Jawabku kepada Jodi.
“oke anak-anak, sebelum
ibu mengumumkan siapa siswa yang berprestasi tersebut. Ibu berharap bagi yang
belum mendapatkan beasiswa jangan berkecil hati dan terus berusaha dan rajin
belajar. Karena beasiswa bukanlah untuk siswa yang puas belajar tetapi untuk
siswa yang berusaha lebih dalam belajar. Jadi jangan puas dengan nilai yang
kamu dapat, tetapi teruslah belajar dari kita dilahirkan sampai kita meninggal
dunia.” Sambung bu guru menyambung ceramahnya didalam kelasku.
“ga aku jadi semakin
penasaran siapa siswa itu. Semoga aku yang ibu guru sebut itu.” Tungkas Jodi
dengan penuh semangat kepadaku.
“ semoga jod. Ibu guru
sebentar lagi ibu guru akan menumumkannya” balasku kepada Jodi.
“ oke anak-anak ibu
akan memberitahu siapa saja siswa yang mendapatkan beasiswa. Semuanya harap
tenang.” Ujar bu guru di depan kelas
“ iya bu guru. .!”
jawab semua murid di kelas
“ baik, jumlah anak
yang mendapat beasiswa ada 3 orang dan untuk yang namanya ibu sebut harap maju
ke depan untuk menerimanya.” Jelas bu guru kepada para siswa.
“ga semoga kita berdua
bisa mendapatkanya. Supaya kita bisa satu sekolah lagi.”
“ amin jod.”
“ yang pertama. Ibu
mohon kepada sodara Lintang maju kedepan. Kedua sodari Sri maju kedepan. Dan
yang terakhir, sebentar ibu ambil dulu berkasnya.”
“ jod sekarang tinggal
satu siswa lagi yang mendapatkan beasiswa. Semoga itu kau.” Ujaku pada Jodi.
“ semoga ga, aku harap kelak kita bertemu dikemudian
hari ga.” Jawabnya
Pada saat itu suasana
kelas begitu hikmat dan para siswa begitu tenang. Wajah mereka penuh
pengharapan. Karena bagi mereka jalan satu-satunya untuk bisa melanjutkan
sekolah adalah beasiswa atau bekerja.
“oke anak-anak, siswa
yang terakhir mendapatkan beasiswa adalah sodara Naga. Silahkan maju kedepan.”
“semoga sukses disana
sob” ujar Jodi dengan berbinar kepada ku
“terima kasih jod, kamu
juga jangan berhenti berusaha sob. Masih banyak jalan untuk sekolah” ujarku sambil menepuk punggung Jodi.
Aku pun maju ke depan kelas dan bu guru memberikanku
sepucuk formulir dan dua teman lainnya. Ini adalah momen yang membahagiakan
sekaligus mengharukan bagiku. Aku bahagia dapat mengabarkan kepada ibu dan
ayahku yang sedang bekerja di pabrik bahwa aku dapat melanjutkan ke sekolah
menengah pertama. Namun, disisi lain aku telah mengecewakan sahabatku.
Seharusnya ia yang lebih pantas berada diposisiku sekarang. Karena selisih
nilaiku dengannya tak tarpaut begitu jauh. Jika saja baesiswa itu diperuntukan
untuk 4 orang, masih ada luang untukku menconteknya. Namun nasibku lebih baik
darinya saat ini, selamat berjuang di luar sana kawan.
Hari
ini adalah hari terakhir aku melihat Jodi, tak akan kulihat lagi seorang kawan
yang penuh semangat disisiku ketika belajar. Impiannya yang mulia terhambat
untuk beberapa waktu tertimbun kerasnya perjuangan hidup. Dengan demikian ia
hanya bisa bekerja dan ikut membantu orang tuanya mencari nafkah untuk
menhidupi kelurganya. Karena didaerahku mayoritas para buruh yang berpengasilan
kecil. Tak parnah tarjamah bantuan dari luar.
Selang
waktu berjalan akhirnya aku masuk ke sekolah menengah pertama. Berkat semangat
Jodi aku lebih bertekat menjadi siswa yang rajin belajar lagi. Setiap hari aku
mengayuh kesepeda kesekolah yang lebih jauh dari sekolah ku yang lama yaitu
dikota. Disana persaingan lebih ketat. Namun dengan tekat yang kuat aku tetap
berusaha. Alhasil aku menjadi siswa yang berprestasi lagi di sekolah dan karena
nilaiku lebih dari cukup akhirnya aku hanya mengenyam pendidikan sekolah
menengah pertama hanya dua tahun. Dan akhirnya aku lulus sekolah melanjutkan ke
sekolah menengah akhir. Disana saya mendapatkan beasiswa lagi tetapi dari
sekolah yang menawarkanku sekolah. Sampai akhirnya tiga tahun berlalu akhirnya
aku lulus sekolah. Kali ini nilaiku sedikit menurun karena aku mulai kurang
belajar. Namun nilaiku masih diatas rata-rata. Setelah lulus banyak universitas
menawarkanku kuliah gratis di universitasnya. Dan akhirnya aku kuliah di salah
satu universitas
Aku
mengambil salah satu jurusan yang aku minati sedari dulu. Selain itu aku juga
mengikuti organisasi mahasiswa yang mengenalkanku kepada dunia politik.
kemudian menyalurkanku kepada salah satu partai yang cukup dikenal. Hingga pada
akhirnya ketika aku lulus kuliah aku menggeluti dunia politik. Disinilah
perubahan hidupku dimulai. Tidak ada lagi beasiswa ketika seperti di sekolah.
Sekarang mulailah bekerja dan mencari nafkah.
Ketika
resmi masuk ke dalam partai Ular, aku mulai mencari pasangan hidup. Aku menikahi
sebut saja bunga ia adalah teman ku sewaktu sekolah menegah pertama. Selang
waktu satu tahun berlalu aku di karuniai seorang anak laki-laki. Iya adalah
anak yang cerdas melebihi kemampuanku dikelasnya ia lebih menonjol dibandingkan
yang lainnya. Pada tahun berikutnya aku dilantik di partai ular menjadi
bendahara umum. Sejak mempunyai anak dan keluarga, kebutuhan hidupku semakin
banyak. Hingga suatu ketika istriku meminta penghasilku yang lebih dari
biasanya. Tak ku sangka gaya hidupnya yang glamor membuat pengeluaran rumah
tangga menjadi lebih banyak. Membuat otakku berpikir lebih keras untuk mendapat
uang yang lebih.
Dalam
waktu dekat akan ada pemilihan gubernur. Dan aku pun dilibatkan untuk menjadi
tim sukses dalam pemilihan tersebut. Ini adalah kali pertama aku menjadi tim
sukses dalam pemilihan. Aku belum begitu paham apa yang harus aku lakukan. Di
selang waktu detik detik menuju pencoblosan anakku mengikkuti perlombaan
tingkat nasional untuk mewakili sekolahnya.
“yah adi sekarang mau
ikut lomba cerdas cermat nasional. Doain Adi yah. .” ujar Adi
“ iya nak, semoga
menang yah” jawabku
“amin, Adi berangkat
dulu yah”
“Iya, hati-hati nak”
Iya pun berangkat
kesekolahnya dengan semangat mengayuh sepedanya. Sungguh berbeda ketika aku
masih seumurnya. Iya masih lebih beruntung sekolah yang begitu layak. Kemudian
dari dari dalam rumah mamanya keluar menghampiriku.
“yah. . persediaan uang
belanja bulan ini sudah mulai menipis.” Ujarnya
“bukannya ayah sudah
mengasihkan semuanya ke mama?” Tanyaku
“iya tapi mau abis, ayo
cari lagi pokoknya atau mau tidur di sopa!”
“oke ma. . nanti ayah
cari lagi yah.”
“nah gitu dong,
berangkat kerja gih”
“Iya”
Ketika mulai berkeluarga aku tak bisa mengendalikan
keluargaku semuanya yang istriku inginkan selalu aku kabulkan. Namun saat ini
aku kehilangan cara untuk mengatasinya tetapi aku takut mengecewakannya. Pagi
ini aku mulai melakukkan rutinitasku yang baru yaitu menjadi tim sukses partai.
Kita berkoordinasi bagaimana caranya agar partai kita lolos. Hingga muncullah
ide pecundang itu dari calon gubernur kita.
“ saingan kita ini
suaranya sudah begitu banyak menurut survey. Bagaimana untuk melawanya?” ujar
petinggi partai
“bagaimana kalau kita
melakukkan pendekatan kepada masyarakat bawah” saranku dalam rapat
“ah.. itu terlalu rumit
dan belum tentu mereka memilih kita. Bagaimana kalau kita suap saja
panitiannya?” ujar calon gubernur
“tidak setuju” ujarku,
namun hanya aku saja yang menolak.
“ kau ini masih baru
ikuti kita saja” lanjutnya
“Tetapi itukan curang”
partai lain juga begitu
Dalam rapat itu suaraku
kalah dengan yang lainnya dan akhirnya suara terbanyaklah yang disetujui
“oke pak naga nanti
besok kau ikut pak jena menemui panitia ya.” Perintah calon gubernur
“ tidak”
“eh kau mau saya adukan
ke polisi” ujar calon gubernur
“Saya tidak salah”
“tetapi kita bisa buat
kau bersalah kalau tidak mengikuti mau kita”
“Yasudahlah” jawabku
dengan terpaksa.
Rapat ditutup dengan
keputusan yang memberatkanku. Dan aku pun pulang kerumah dan menemui istriku
yang selalu saja meminta uang tambahan. Dengan disusul dengan kepulangan anakku
yang mengabarkan bahwa ia masuk ke final dalam perlombaan cerdas cermat.
“yah adi masuk final.
Nanti besok lusa ayah liat yah”
“iya nak pasti dong.”
Pagi harinya aku berangkat ke kantor dengan tak begitu
semangat. Hal yang ingin ku kerjakan sangat bertentangan dengan naluriku. Namun
apa boleh buat mungkin ini resiko pekerjaanku. Sebelum berangkat istriku
mengomel seperti biasanya dan anakku menginggatkanku agar dating dalam lombanya
besok hari.
Akhirnya aku dan pak jena pergi bersama menuju rumah
panitia membawa uang sekoper untuk diserahkan yang sebelumnya sudah terjadi
kong kalikong dengan calon gubernur. Setibanya disana aku memasuki suatu rumah
yang cukup sepi dan disana terdapat dua orang yang siap menerima uang.
“sudah ada uangnya”
ujar salah satu panitia
“sudah. Ini uangnya”
ujarku
Tak diduga dengan tiba-tiba dating sekelompok orang yang
bersenjata dan berseragam berbadan kekar menyergap kita berempat. Mereka adalah
tim pemberantas korupsi(TPK) yang ternyata sudah mengintai kita sejak kemarin.
Dan pada akhirnya aku, pak Jena dan 2 orang panitia diringkus oleh TPK menuju
mobil polisi. Pada saat ini hatiku sangat hancur sekali. Apa yang telah aku
perbuat? Apakah ini kesalahanku. Tidak ini bukan yang ingin aku lakukkan tetapi
mengapa aku yang ditangkap.
Pada saat keluar rumah
banyak para wartawan yang meliput dan ini membuat berita tentang ini cepat menyebar
keseluruh penjuru negri. Aku sangat mengecewakan anakku, iya akan begitu malu
disana. Begitu juga istriku aku sangat mengecewakannya. Namun diluar itu semua,
ada yang mencuri perhatiankku. Seorang petugas yang menyeretku, ku pandang
namanya dan mengingatkan ku ke beberapa waktu kebelakang. Ia Jodi, sahabatku
sewaktu sekolah dasar. Dan ketika kulihat mukanya di dalam mobil ternyata ia
benar Jodi. Aku sangat malu kepada diriku, aku tertangkapoleh sahabatku sendiri
ini seperti mimpi saja. Dan akhirnya kita sampai di penjara. Untuk melakukkan
pemeriksaan dan besoknya melakukkan persidangan. Tetapi bagaimana dengan lomba
anakku. Maafkan ayahmu nak.
“Jodi? Apakah kau Jodi?
Tanyaku sambil dipegangnya
“iya ini aku ga”
jawabnya
“tak ku sangka ini kau
jod. Aku malu bertemu dengan mu disaat yang tidak tepat”
“ semua akan seperti
seharusnya ga.”
“aku malu jod. Sejak kapan kau menekuni pekerjaan ini jod”
“ sudah setahun setelah
kau masuk kuliah, sebenarnya kita satu univ, tetapi kita berjauhan karena
berbeda kampus.”
“terus bagaimana kau
membiayanya?”
“aku mengumpulkan uang
selama 1 tahun, setahun kemudian aku masuk sekolah menengah pertama sepertimu
kemudian aku mendapat beasiswa seterusnya.”
“aku salut dengan
usahamu jod. Kau memang tekun, tidak heran jika kau sekarang jadi seperti ini.”
“ sekarang sudah
sampai, ayo masuk penjara. Ikuti saja prosedurnya. Yang benar akan tetap benar
ga”
Keesokan harinya persidangan dimulai. Dalam sidang itu
aku diberikan pertanyaan-pertanyaan yang sangat banyak. Dan dipaparkan beberapa
bukti-bukti. Ternyata ketika rapat partai Jodi menyusup kedalam ruangan tanpa
diketahui yang lainnya dan merekam beberapa aktifitas yang janggal. Dengan
rekaman tersebut dapat diketahui yang bersalah itu siapa. Dan akhirnya calon
gubernur dan panitia ditetapkan bersalah. Namun saya tetaplah dipenjara walau
hukumannya lebih ringan karena walau bagaimana puk aku ikut andil dalam
kegiatan ini. Aku sangat malu kepada keluarga dan anakku semuanya malu karnaku.
Namun berkat Jodi, actor dari suap cagub ini terbukti secara rinci. Aku
menyesal dulu tak menghargai kerja kerasnya.
-(sekian)-