BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Banyak ahli dan peneliti sepakat
bahwa bahasa dan budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebelumnya,
pakar-pakar linguistik juga sudah sepakat antara bahasa dan budaya memiliki
kajian erat. Kajian yang sangat terkenal dalam hal ini adalah teori Sapir-Whorf.
Kedua ahli ini menyatakan, “Jalan pikiran dan kebudayaan suatu masyarakat
ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya” (Chaer, 2003:61). Noam
Chomsky juga sepakat bahwa kajian bahasa memiliki erat kaitan dengan budaya.
Demikian halnya dengan Eric Lenneberg yang memiliki kesamaan pandangan dengan
teori kebahasaan yang dikemukakan oleh Chomsky dan Piaget (Chaer, 2003:52-58).
Bahasa merupakan suatu interpretasi dari diri seseorang.
Dalam kehidupannya setiap manusia menggunakan bahasa untuk proses komunikasi.
Secara harfiah bahasa merupakan suatu bentuk ungkapan komunikasi dalam setiap
pertuturan. Proses komunikasi akan lancar apabila dalam proses itu menggunakan
bahasa yang sesuai dengan konteks dari siapa yang berbicara, lawan bicara dan konteks
keadaan percakapan. Proses komunikasi dilakukan setiap orang untuk menghasilkan
tujuan dari topik yang dibicarakan. Suatu proses komunikasi akan berlangsung
dengan lancar apabila dalam situasi itu komponen komunikasi memiliki
bahasa-bahasa yang dianggap menjadi pendekat satu sama lain.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa Penjelasan dari Bahasa dan Budaya?
2. Maksud dari Kesalahpahaman Berbahasa?
3. Apa Perbedaan Bahasa Binatang dan Bahasa
Manusia?
1.3. Tujuan
1.
Menjelaskan Definisi Kepercayaan dan
Nilai
2. Menjelaskan Bahasa Binatang dan Bahasa
Manusia
3. Mengetahui Pengertian Permainan Berbahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Agama sebagai Pandangan
Dunia
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan
Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Agama
memiliki dimensi spiritual dan sosial.
Manusia menurut filosofi agama adalah makhluk yang memilikiunsur ruh dan
jasmani. Kedua unsur bukan sesuatu yang dapat dipisahkan, dualitas apalagi
didikotomikan. Keseimbangan dalam agama berangkat dari gerak ruhani ketiga
potensi tersebut (akal, emosi, syahwat). Perubahan dalam diri tersebut
mempengaruhi perubahan yang terjadi diluar diri kita. Setelah meninjau aspek
keseimbangan, maka paling tidak dalam kehidupan kolektif akan berbenturan
dengan kepentingan sebagai sesuatu yang melekat pada perjalanan manusia.
Kepentingan yang tidak mungkin bisa dilepaskan adalah kepentingan sosial;
tanggungjawab dan kerjasama. Masalah sosial akan terkena hukum materi sebagai
konsekuensi kehidupan manusia yang menyejarah.
Sebagai pandangan dunia yang menyatakan bahwa agama seseorang bukanlah
sumber satu-satunya yang eksklusif bagi kebenaran, dan dengan demikian di dalam
agama-agama lain pun dapat ditemukan, setidak-tidaknya, suatu kebenaran dan
nilai-nilai yang benar.
2.2. Kepercayaan dan Nilai
Nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang
lingkup system kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari
suatu tindakan, atau mengenai suatu yang tidak pantas atau yang pantas
dikerjakan, dimiliki dan dipercayai. Jika nilai diterapkan dalam proses belajar
mengajar dapat diartikan sebagai pendidikan yang mana nilai dijadikan sebagai
tolak ukur dari keberhasilan yang akan dicapai dalam hal ini kita sebut dengan
pendidikan nilai.
Sehingga nilai dalam arti sepenuhnya adalah nilai yang kita pilih secara
bebas. Yang dalam hal ini adalah pengaktualisasian nilai-nilai Islam dalam
tradisi budaya Jawa yang nantinya disajikan beberapa nilai-nilai yang akan
diterapkan dan dilaksanakan secara langsung dalam kehidupan masyarakat Islam
Jawa. Sehingga dari situlah realisasi dari pada nilai itu terlaksana dengan
baik. Jadi nilai-nilai Islam pada hakikatnya
adalah kumpulan dari prinsip-prinsip hidup, ajaran-ajaran tentang bagaimana
seharusnya manusia menjalankan kehidupannya di dunia ini, yang satu prinsip
dengan lainnya saling terkait membentuk satu kesatuan yang utuh tidak dapat
dipisah-pisahkan.
Kepercayaan berasal dari kata
percaya, artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran. Kepercay Dasar
kepercayaan adalah kebenaran. Sumber kebenaran adalah manusia. Kepercayaan itu
dapat dibedakan atas :
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena ucapannya”.
3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban. Karena itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau demokratis negara pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara dan pemerintah.
4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.
1. Kepercayaan Pada Diri Sendiri
Kepercayaan kepada diri sendiri itu ditanamkan setiap pribadi manusia. Percaya kepada diri sendiri pada hakekatnya adalah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kepercayaan Kepada Orang Lain
Kepercayaan kepada orang lain itu sudah tentu percaya kepada terhadap kata hatinya, atau terhadap kebenarannya. Karena ada ucapan yang berbunyi ” orang dipercaya karena ucapannya”.
3. Kepercayaan Kepada Pemerintah
Pandangan demokratis mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat, dan milik rakyat. Rakyat adalah negara dan rakyat itu menjelma pada negara. Seseorang mempunyai arti hanya dalam masyarakat, dan negara. Hanya negara sebagai keutuhan (totalitas) yang ada, sehingga kedaulatan mutlak pada negara. Satu-satunya yang mempunyai hak adalah negara. Manusia perseorangan tidak mempunyai hak, tetapi hanya kewajiban. Karena itu jelaslah bagi kita, baik teori maupun pandangan teokratis atau demokratis negara pemerintah itu benar, karena Tuhan adalah sumber kebenaran. Sehingga wajar jika manusia sebagai warga negara percaya kepada negara dan pemerintah.
4. Kepercayaan Kepada Tuhan
Kepercayaan kepada Tuhan yang maha kuasa itu amat penting, karena keberadaan manusia itu bukan dengan sendirinya, tetapi diciptakan oleh Tuhan. Kepercayaan itu amat penting karena merupakan tali kuat yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhannya. Kepercayaan berarti keyakinan dan pengakuan akan kebenaran adanya Tuhan. Oleh karena itu, jika manusia ingin memohon pertolongan kepadaNya, maka manusia harus percaya kepada Tuhan.
2.3. Individualitas dan kolektivitas Budaya
Individualitas dan
kolektivitas merupakan dimensi kebudayaan yang menunjukkan adanya sikap yang
memandang kepentingan pribadi dan keluarga sebagai kepentingan utama ataukah
sebagai kepentingan bersama di dalam suatu kelompok. Dimensi ini juga dapat
terjadi di masyarakat, dan organisasi. Dalam organisasi yang masyarakatnya
mempunyai dimensi Collectivism memerlukan ketergantungan emosional yang lebih
besar dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki dimensi Individualism
(Hofstede: 1980 217). Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat individualisme
diantaranya adalah: tingkat pendidikan, sejarah organisasi, besarnya
organisasi, tehnologi yang digunakan dalam organisasi, dan subkultur yang
dianut oleh organisasi yang bersangkutan.
Hofstede
menurunkan konsep budaya dari program mental yang dibedakan dalam tiga
tingkatan (Hofstede 1980: 15), yaitu:
1)
tingkat universal,
yaitu program mental yang dimiliki oleh seluruh manusia. Pada tingkatan ini
program mental seluruhnya melekat pada diri manusia,
2)
tingkat collective,
yaitu program mental yang dimiliki oleh beberapa, tidak seluruh manusia. Pada
tingkatan ini program mental khusus pada kelompok atau kategori dan dapat
dipelajari.
3)
tingkat individual,
yaitu program mental yang unik yang dimiliki oleh hanya seorang, dua orang
tidak akan memiliki program mental yang persis sama. Pada tingkatan ini program
mental sebagian kecil melekat pada diri manusia, dan lainnya dapat dipelajari
dari masyarakat, organisasi atau kelompok lain.
2.4.
Bahasa
Binatang dan Bahasa Manusia
Manusia ketika diturunkan ke bumi adalah untuk
menjadi khalifah, itu artinya ketika manusia itu diturunkan ke bumi oleh Allah
mereka membawa sesuatu alat yang ada pada dirinya. Katakanlah dia itu adalah
akal. Alat yang mampu membuat manusia berpikir dan bertahan hidup dibumi. Dari
akal tersebut seorang manusia mampu memelihara kehidupan dengan sistematika
yang teratur sehingga menciptakan kebudayaan dan peradaban yang berkelanjutan.
Yang dilakukan hewan itu adalah berdasarkan
naluri/instinct bawaannya ketika lahir. Sidi Gazalba mendefinisikan
naluri/instinct tersebut dengan suatu kemauan tak sadar dalam diri manusia,
hewan dan tumbuhan yang dibawa lahir. Sebagai contoh kecil mari kita cermati
seekor kerbau afrika yang baru pertama kali lahir sudah mampu untuk berdiri
tanpa harus diajarkan oleh ibunya dan tanpa melalui proses berpikir yang
panjang.
Manusia mempunyai perasaan rohania, oleh
karenanya ia mampu ketawa, menangis, bersedih dan bahagia. Proses yang demikian
itu tidak dapat ditemui dalam dunia hewan. Dan yang lebih penting adalah manusia itu mampu berpikir. Salah
satu kemampuan manusia dalam hal berpikir adalah mereka mempunyai bahasa yang
tidak dipunyai oleh hewan. Kalau manusia mampu berbagi perasaan sedih, bahagia,
dan galau dengan manusia lewat bahasa maka hewan tidak bisa melakukan hal
seperti itu. Manusia mampu berkomunikasi dengan baik satu sama lain melalui
bahasa yang dipakainya.
Sementara hewan hanya mampu berkomunikasi lewat tanda suara yang
ia keluarkan, lihatlah serigala ketika mendapati mangsanya serigala menyuarakan
baungan dan untuk waktu yang tidak lama sekawanan serigala muncul berkumpul
mengepung mangsa (tanpa berkomunkasi lagi karena selanjutnya adalah
insting/naluri).
2.5.
Permainan Bahasa
Permainan bahasa atau language game yang dikembangkan
oleh Ludwig Wittgenstein, seorang filsuf dari Austria adalah sistem
memanipulasi kata-kata yang diucapkan oleh suatu komunitas tertentu yang
biasanya digunakan untuk mencoba menyembunyikan percakapan mereka dari orang
lain. Bahasa permainan ini bukanlah sebuah permainan pola kata yang kita
pelajari di bangku sekolah dulu, tentang bagaimana menyusun beberapa suku kata
acak menjadi satu kalimat yang utuh atau melengkapi paragraf dengan pilihan
kata yang tersedia. Bahasa permainan yang dimaksud disini adalah bahasa yang
disusun sedemikian rupa sehingga berbeda dari bentuk aslinya dan menjadi
sesuatu yang terdengar asing dari pemahaman pada umumnya.
Hampir semua negara di dunia memiliki bahasa
permainan. Tiap daerah sudah pasti memiliki language game masing masing. Di
Makassar misalnya , kita pasti sudah sangat akrab dengan bahasa G, seperti pada
kata apa menjadi agapaga, kenapa menjadi kegenagapaga atau bahasa P, seperti
kata mau menjadi mapaupu dan tidak menjadi tipidapak. Bahasa ini kerap kali digunakan
oleh kaum perempuan untuk bergosip, membicarakan ketidaksenangan terhadap
sesuatu dengan menggunakan bahasa yang tidak familiar untuk menghindari ketersinggungan.
2.6.
Kesalahpahaman Berbahasa
Tak
siapapun menyangkal peran penting bahasa dalam kehidupan manusia. Dengan
bahasa, manusia dapat saling berkomunikasi dan mengembangkan ilmu pengetahuan
serta kebudayaan dalam rangka membangun peradaban yang lebih baik. Bahasa
menyimpan seluruh warisan peradaban manusia. Pencarian makna sejarah suatu
bangsa, misalnya, dilalui lewat bahasa, sebab ke dalam bahasalah bangsa
tersebut menitipkan seluruh pesan, harapan, cita-cita dan pengalaman hidup
mereka bagi generasi berikutnya.
Lebih dari sekadar pernyataan biasa, ungkapan Wittgenstein
menyiratkan makna bahwa kemampuan berbahasa seseorang sangat menentukan sejauh
mana dia mampu menembus batas-batas dunianya sendiri. Adalah bahasa
yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Sebab,
hanya manusia yang dapat memproduksi sistem bunyi (sound
system) yang demikian
kompleks. bahasa sering disepelekan banyak
orang. Buktinya, banyak warga masyarakat kita membuat kesalahan-kesalahan
yang sesungguhnya tidak perlu terjadi andaikan saja sadar bahwa bahasa
menggambarkan citra sosial, emosional, psikologis bahkan dan intelektual
penggunanya.
Misalnya, betapa salah ucap
kata-kata yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang begitu jelas terjadi bukan
hanya di kalangan kelas bawah, tetapi juga elit. Misalnya, publik diucapkan pablik, pasca dibaca paska,
musyawarah dilafalkan musyawaroh, Arab diucapkan Arob,
klien diucapkan klain, sukses dibaca sakses,
produk dibaca prodak, faks dibaca feks,
psikologi diucapkan saikoloji, dapat dibaca dapet,
semakin dilafalkan semangkin dan masih banyak lagi yang
lain. Salah ucap istilah asing yang belum ada padanannya dalam
bahasa Indonesia malah lebih banyak lagi. Inilah cermin konkret perilaku
berbahasa masyarakat kita
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Tanpa adanya aturan
sebuah permainan dan komunikasi, bahasa akan menciptakan kekacauan yang
urutannya bangunan ilmu pengetahuan dan tertib sosial juga akan ikut kacau.
Berbahasa yang benar memang bukan sekadar menata kata menjadi kalimat dan
kalimat menjadi paragraf sesuai aturan gramatika, melainkan pula harus
menyiratkan makna dengan penuh kejujuran.
3.2.
Saran
Gunakanlah
bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Kamus Besar
Bahasa Indonesia
Sumber Internet:
triicecsfabregas.blogspot.com/2012/01/manusia-dan-harapan.htmlaan
adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Posting Komentar