Cerita Celancang, Pangkalan, dan Cangkring

ANTARA CELANCANG DAN CANGKRING
By. Afin Arifin

… Cinarita hana ta prasadha tunggang prawata Ngamparan Jati/ yawat ta ratrikala ring kadhohan murub katinghalan kadi linthang kang tejamaya// Kunang iking prasadha palinggannya/ pasisk Muhara Jati ikang mangadegna yata baladika Cina Wa Heng Ping ngaranira lawan Sang Laksamana Te Ho sabalanya kang sahanira tan ketung/ irika ta ring// Pasambangan ing lampakhira umareng Majapahit mandeg sawatara ing Muara Jati/ ri huwuska tamolah ing Pasambangan desa/ magawe karya ring Sang Juru Labuhan tan masowe panatara ning akara// Pitung rahina kulem/ ri huwus ika prasadha tinuku dheng sira Ki Juru Labuhan yeka kang dumadi Mangkubumi makanama Jumajan Jati/ tinukar lawan uyah/ trasi/ beras tuton/ grabadan// Lawan kayu jati/ umangkat ring Jawa Wetan tumuli/ sampunya kabeh pepek sjro ning prahwanka/…
Antara Celancang dan cangkring bisa ditempuh dengan angkutan umum jurusan Celancang Plered, dulu hanya bisa ditempu dengan lalu lintas air, yaitu bengawan bondet. Saat itu lalu lintas bengawan bondet termasuk ramai, hilir mudik, lalu lalang kapal besar dan kecil hingga ke bengawan cawang Cangkring. Diceritakan oleh Pangeran Arya Carbon tahun 1720 dalam bukunya yang berjudul Purwaka Caruban Nagari bahwa di Amparan jati telah berlabuh lebih dari seratus perahu besar dari Cina dibawah pimpinan Laksamana Cheng Hwa atau Te Ho dengan membawa sekitar 27.800 orang prajurit. Yang bermaksud membeli perbekalan yang sudah habis, seperti air dan berbagai bahan makanan sebagai bekal di perjalanan ke kerajaan Majapahit jawa Timur. Selama tujuh hari di Amparan jati Laksamana Cheng Hwa mendirikan mercusuar sebagai menara pengawas bagi kapal dan perahu, juga merupakan tengara, bahwa akan datang sebuah perubahan zaman, yakni masuknya kapal-kapal asing dan agama Islam.
Keberadaan Amparan Jati sebagai sebuah pelabuhan besar tercatat pula dalam “Suma Oriental” karya Tome Pires (1513 diterjemahkan oleh Armando Cortesao pada tahun 1944). Pires menyebutkan, Pelabuhan Cerimon/Cheroboan merupakan pelabuhan yang ramai. Di situ setiap waktu ada empat atau lima jung (perahu) berlabuh, terbanyak dari jenis lanchara (sejenis perahu yang jalannya sangat cepat). Yang dapat berlayar hingga 15 km ke hulu sungai. Pelabuhan itu bisa menampung lebih dari 1.000 orang, beras, dan berbagai jenis bahan makanan merupakan komoditas yang diperdagangkan. Selain dari itu diperdagangkan pula kayu, yang kualitasnya terbaik di seluruh Pulau Jawa.

Hal tersebut berdampak pada Nagari Singapura yang terletak kira-kira 2 km sebelah utara Amparan Jati menjadi daerah yang ramai , Sekarang situsnya ada di Celancang Kabupaten Cirebon. Sisa-sisa istananya yang masih ada hingga sekarang adalah gerbang istana, yang oleh masyarakat setempat disebut Lawang Gede.
Bengawan Bondet yang termasuk wilayah Nagari Singapura masa itu banyak disinggahi kapal besar dan kecil, kapal dagang yang datang dari negeri lain seperti negeri Cina, Arab, Persia, India, Malaka, Tumasik, Madura, Makasar, dan Palembang, Kapal-kapal yang berukuran kecil berlabuh hingga ke bengawan cawang Cangkring, sedangkan kapal yang berukuran lebih besar, kapal tersebut di clancang di bengawan Bondet. Peristiwa tersebut oleh masyarakat setempat diabadikan menjadi nama perkampungan yang tak jauh dari sungai tersebut, yaitu diberi nama Celangcang, sedangkan sebagian kapal yang ukurannya tidak begitu besar biasa dimangkalkan di bengawan cawang Cangkring, karena seringnya/banyaknya perahu/kapal yang mangkal didaerah tersebut maka oleh masyarakat disebut Pangkalan. Pangkalan dulunya masuk wilayah desa Cangkring, namun pada tahun 1985 daerah pangkalan menjadi sebuah desa tersendiri.
Jadi antara Celancang dan Cangkring dahulu merupakan lalu lintas air yang ramai, sekarang, kapal/ perahu tidak bisa nyampai ke pangkalan karena tahun 2011 di Sambeng dibangun bendungan karet, sehingga aktifitas perahu hanya sampai di situ. Begitulah sekilas antara Celancang dan Cangkring yang tidak semua informasi dari sumber primer maupun skunder masuk dalam tulisan ini, semoga tulisan ini menjadi pembanding/pelengkap cerita masyarakat cangkring dan Celancang.
Wallahu ‘alam Bissawab.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. morooy - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger